smakbo.sch.id

smakbo.sch.id

Minggu, 27 Januari 2013

Dari bedah buku Rectoverso Dewi 'Dee' Lestari di Grand Indonesia 30 Januari 2009

Bertempat di FAB Cafe Grand Indonesia Lt. 3 East Mall, sebuah Cafe yang menyatu dengan toko buku Gramedia, Dewi Lestari membedah buku Rectoversonya. 

Malam itu Dewi ditemani suaminya Reza, hadir mengenakan atasan turtleneck warna ungu dan bawahan warna abu-abu, terlihat segar dan cantik. Acara agak molor sekitar 30 menit dari jadwal pukul 19.00 WIB. 


Dibuka dengan lagu Peluk yang terdapat dalam CD Rectoverso, Dewi menyanyi diiringi oleh suaminya yang memencet keybord. Setelah itu acara dibuka oleh moderator Andre.

Rectoverso, yang awalnya dari album berbahasa Inggris yang berjudul Out Of Shell dan Hanya Isyarat yang dibuat dalam format lirik lagu dan cerpen. Dari permulaan ini kemudian Dewi mengembangkan lagi dengan mengumpulkan lagu-lagu dan tulisan karyanya hingga menjadi 11 lagu dan 11 cerpen.

Sebenarnya awal dipilihnya kata Rectoverso adalah dari logo kecil di uang kertas (istilah ini biasanya diakrabi oleh Designer Grafis yang berarti dua gambar yang terpisah tetapi satu kesatuan). Jika Anda perhatikan, dalam setiap uang kertas ada citra yang bisa diterawang.
Seperti halnya dalam hidup, banyak hal yang sepertinya terpisah tetapi sebenarnya satu kesatuan, seperti hitam dan putih, laki-laki dan perempuan dll.

Menjawab pertanyaan tentang proses kreatif yang dilakukan Dewi Lestari, sebenarnya saat buku pertama keluar yang berjudul Supernova (masih ingat, Dengan tokoh Ruben,Ferre dan Diva?) eksistensi Dewi sebagai penyanyi sudah mulai pudar. Mangaku menyukai menulis sejak lama tapi Dewi menyatakan bahwa telenta menyanyilah yang mendapat sorot lampu lebih dulu. Sehingga saat dia mengeluarkan buku, orang-orang banyak bertanya sejak kapan Dewi suka menulis? Dewi menyatakan menulis adalah hobinya.

Inspirasi yang membuatnya bisa menuangkannya dalam tulisan adalah dari proses mengamati, dia meyakini, setiap penulis yang baik, dia pasti adalah pengamat yang baik pula. Pengamatan itu bisa dilakukan terhadap pengalaman hidup orang lain dll.

Dipilihnya angka 11, menurut Dewi itu adalah angka spiritual. Dan kebetulan Dewi seringkali bertemu dengan angka misalnya jam yang menunjuk angka 11:11 yang seolah-olah membuka dua gerbang yang sebelumnya tertutup kepada dimensi lain (terutama dimensi hati kita).

Kisah-kisah yang terdapat dalam buku Rectoverso, cenderung berkisah tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan atau cinta tak teraih, karena menurutnya itu adalah kisah yang sangat universal, dan Dewi tidak memberi nama dalam setiap tokoh-tokohnya. Dia menambahkan bahwa manusia bisa belajar banyak dari peristiwa yang pahit dalam hidupnya, bukan dari yang manis-manis. Dan dia banyak terinspirasi dari drama Jepang yang kebanyakan kisahnya lebih banyak mengungkap cinta yang dalam yang dirasakan sendirian oleh tokoh-tokohnya dan akhirnya pada suatu titik dia merelakan untuk melepaskan cinta itu. Menurut Dewi, hal semacam itu adalah sesuatu yang sangat elegan.

Kemudian sesi acara dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan dari peserta dan Dewi menyanyikan lagu Cicak di dinding yang merupakan request dari salah satu peserta bedah buku.

Acara kemudian ditutup dengan nyanyi bersama lagu Malaikat juga tahu, dan sesi book signing.

Secara keseluruhan, Dewi sangat lancar mengungkapkan semua hal yang terdapat dalam buku Rectoverso sehingga boleh dibilang acara ini cukup memuaskan, terutama bagi penggemar Dewi dan pembaca Rectoverso. (EW)
Note: Image Courtesy of Dianda Yulia  (www.diandayulia.multiply.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar